Wahyu yang diterima Nabi Muhammad dijamin
sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah yang disampaikan melalui malaikat
Jibril. Nabi kemudian menyampaikannya ke dalam bahasa manusia karena wahyu itu
memang untuk mengatur kehidupan manusia.
Hal itu disampaikan KH Sachrodji Bisri
saat membahas surat An Najm dalam Kajian Tafsir Alquran Berdasarkan Turunnya
Wahyu dengan Pendekatan Strategi Taktik di Pesantren Mahasiswa Rausanfikr
Surabaya, Sabtu (17/12).
Kenapa Nabi mampu memahami bahasa langit?
Bang Oji, demikian panggilan akrab KH Sachrodji, menjelaskan, karena Nabi
Muhammad SAW mendapatkan pengalaman ruhani sangat luar biasa. Mulai bertemu
dengan wujud asli malaikat Jibril hingga berkelana ke Sidratul Muntaha, langit
yang penghabisan.
Sebab itu Allah meyakinkan dalam ayat
kedua surat An Najm bahwa kawanmu (Nabi Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru. ”Nabi tidak
pernah belajar pemikiran sesat darimana pun selama hidup,” kata Bang Oji. Dhola dalam ayat itu, sambung dia, dapat
dimaknai sesat perbuatan. Sedangkan ghowaa
boleh juga diartikan sesat pemikiran.
Ayat ketiga, keempat dan kelima
menegaskan, dan tidaklah yang diucapkan itu menurut hawa nafsunya. Melainkan dia menerima wahyu yang diwahyukan
yang diajarkan dari makhluk yang sangat kuat fisik dan pikirannya yakni Jibril.
”Jibril menampakkan wujud aslinya kepada Nabi
sebesar ufuk. Bayangkan besarnya memenuhi separo langit. Orang yang melihatnya
pasti tercekam,” kata Bang Oji. Dari
wujud yang sangat besar itu lalu mengecil semakin mendekat kepada Nabi untuk
menyampaikan wahyu.
Menurut Bang Oji, pengalaman ruhani
seperti itulah sumber pemikiran dan penglihatan Nabi Muhammad langsung dari langit. Bukan berasal dari
perkataan orang, warisan pemikiran nenek moyang, atau olah kata pemikiran diri
sendiri.
Karena Alquran itu wahyu maka isinya
sangat luar biasa hebat. Dia mengandung tiga nilai sekaligus yaitu benar, baik,
dan bagus. Benar isinya, baik sesuai
dengan etika, dan bagus susunan syairnya mengandung keindahan.
Karena itu jangan dibandingkan kehebatan
Alquran dengan pemikiran manusia. Apalagi dengan berhala Lata, Uzza, dan Manat
sesembahan musyrik Quraisy. Hanya
orang-orang sekuler dan materialisme
suka menuduh wahyu yang diterima
Nabi Muhammad sebagai kebohongan atau karangan Nabi sendiri.
”Orang yang berkilah dengan tafsir
heurmenetika bahwa yang paham arti ayat
Alquran hanyalah Allah sendiri sama saja dengan tidak memercayai Nabi Muhammad,” kata Bang Oji menjelaskan. (sgp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar