Selasa, 28 Maret 2017

Nabi Mampu Menerjemahkan Bahasa Langit




Wahyu yang diterima Nabi Muhammad dijamin sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah yang disampaikan melalui malaikat Jibril. Nabi kemudian menyampaikannya ke dalam bahasa manusia karena wahyu itu memang untuk mengatur kehidupan manusia.
Hal itu disampaikan KH Sachrodji Bisri saat membahas surat An Najm dalam Kajian Tafsir Alquran Berdasarkan Turunnya Wahyu dengan Pendekatan Strategi Taktik di Pesantren Mahasiswa Rausanfikr Surabaya, Sabtu (17/12).
Kenapa Nabi mampu memahami bahasa langit? Bang Oji, demikian panggilan akrab KH Sachrodji, menjelaskan, karena Nabi Muhammad SAW mendapatkan pengalaman ruhani sangat luar biasa. Mulai bertemu dengan wujud asli malaikat Jibril hingga berkelana ke Sidratul Muntaha, langit yang penghabisan.
Sebab itu Allah meyakinkan dalam ayat kedua surat An Najm bahwa kawanmu (Nabi Muhammad)  tidak sesat dan tidak keliru. ”Nabi tidak pernah belajar pemikiran sesat darimana pun selama hidup,” kata Bang Oji. Dhola dalam ayat itu, sambung dia, dapat dimaknai sesat perbuatan. Sedangkan ghowaa boleh juga diartikan sesat pemikiran.
Ayat ketiga, keempat dan kelima menegaskan, dan tidaklah yang diucapkan itu menurut  hawa nafsunya.  Melainkan dia menerima wahyu yang diwahyukan yang diajarkan dari makhluk yang sangat kuat fisik dan pikirannya yakni Jibril.
 ”Jibril menampakkan wujud aslinya kepada Nabi sebesar ufuk. Bayangkan besarnya memenuhi separo langit. Orang yang melihatnya pasti tercekam,”  kata Bang Oji. Dari wujud yang sangat besar itu lalu mengecil semakin mendekat kepada Nabi untuk menyampaikan wahyu.
Menurut Bang Oji, pengalaman ruhani seperti itulah sumber pemikiran dan penglihatan Nabi Muhammad  langsung dari langit. Bukan berasal dari perkataan orang, warisan pemikiran nenek moyang, atau olah kata pemikiran diri sendiri.
Karena Alquran itu wahyu maka isinya sangat luar biasa hebat. Dia mengandung tiga nilai sekaligus yaitu benar, baik, dan bagus.  Benar isinya, baik sesuai dengan etika, dan bagus susunan syairnya mengandung keindahan.
Karena itu jangan dibandingkan kehebatan Alquran dengan pemikiran manusia. Apalagi dengan berhala Lata, Uzza, dan Manat sesembahan musyrik Quraisy.  Hanya orang-orang sekuler dan materialisme  suka  menuduh wahyu yang diterima Nabi Muhammad sebagai kebohongan atau karangan Nabi sendiri.
”Orang yang berkilah dengan tafsir heurmenetika  bahwa yang paham arti ayat Alquran hanyalah Allah sendiri sama saja dengan tidak memercayai  Nabi Muhammad,” kata Bang Oji menjelaskan. (sgp)

Tidak ada komentar: