Jumat, 22 Juli 2016

Vaksin Palsu





Pemalsuan vaksin yang  terungkap belakangan ini menunjukkan betapa ada kumpulan orang  jahat  yang  mengorbankan kehidupan masa depan anak-anak  demi mendapat keuntungan besar. Hukuman mati  bagi mereka ini pantas diberikan agar orang-orang jahat berkurang di muka bumi.
            Vaksin berisi kuman yang dilemahkan  dimasukkan ke dalam tubuh anak untuk merangsang pembentukan antibodi agar tubuh  mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Jika cairan vaksin dipalsukan maka tubuh anak telah kemasukan benda asing yang tidak jelas manfaatnya. Bisa saja benda asing itu malah berubah menjadi racun yang mengancam kesehatan anak-anak.
Pejabat pemerintah dan sebagian dokter untuk mendinginkan suasana menyebutkan vaksin palsu itu tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak karena berupa cairan infus namun mereka tidak berani memprediksi untuk kesehatan jangka panjang.
Terbongkarnya kejahatan ini  menjadi pelajaran bahwa di tengah usaha kita menyiapkan masa depan anak-anak yang baik dan sehat  ternyata ada kumpulan orang-orang yang ingin menggerogotinya, menyuramkan masa depannya.  Apalagi kejahatan ini berjalan memakai jaringan bisnis yang luas ke daerah sehingga kesadaran masyarakat memvaksin anak-anaknya bisa menjadi sia-sia karena tujuan menyehatkan generasi masa depan tidak tercapai.
Sebenarnya penyebaran vaksin palsu bukan hanya terjadi pada kesehatan badan semata tetapi juga kesehatan jiwa, ruhani, dan ideologi  anak-anak kita. Kejadian ini sudah berlangsung lama namun kita sangat abai.  Karena itulah kesehatan ruhani dan ideologi anak-anak kita semakin tidak jelas bentuknya. Dalam jangka panjang kondisi ini berpengaruh kepada masa depan bangsa ini.
Vaksin palsu yang telah disuntikkan dan menyebar ke tubuh anak-anak tiap tahun terjadi justru diperbuat oleh guru-guru.  Demi kepentingan sekolah, semua siswa harus lulus. Maka para guru menyulap nilai rapor menjadi sangat bagus. Bahkan nilai ujian nasional pun diusahakan dengan berbagai kecurangan agar di atas standar.  Walhasil banyak nilai ujian murid angkanya sangat bagus tapi faktanya murid-murid itu sebenarnya tidak bisa mengerjakan soal ujian.
Praktik ini sudah berlangsung bertahun-tahun, anehnya para pendidik dan orang tua justru bangga. Mereka malah mencela dan mengutuk orang-orang yang mengungkap kecurangan ini sebab dinilai merugikan dirinya.  Ini tanda racun vaksin sudah menyebar. Bahwa orang tidak peduli lagi dengan nilai kebenaran dan kejujuran. Asal menguntungkan maka tindakan itu diambil dan dibela.
Vaksin palsu lainnya adalah tontonan TV yang bisa menjadi tuntunan anak.  Tontonan yang didominasi sendau gurau, sinetron yang melakonkan kekerasan, eksploitasi  keseksian wanita bisa menjadi tuntunan yang ditiru anak-anak.
            Kondisi ini diperparah dengan fasilitas HP yang dipegang anak-anak bisa mengakses internet. Konten pornografi pun disimpan yang kemudian menjadi tontonan sembunyi-sembunyi di belakang orang tuanya.
            Menyadari  situasi ini saatnya kita memasukkan vaksin untuk kesehatan ruhani anak kita. Vaksin yang bisa merangsang  kekebalan tubuhnya terhadap  pikiran dan perbuatan buruk yang merasuki kehidupannya.  Tubuh yang mampu memproduksi antibodi  untuk membunuh kuman jahat  pornografi, kekerasan, dan perilaku buruk lainnya.
            Vaksin apa yang harus kita berikan untuk menciptakan kekebalan ruhani anak-anak kita? Kita perlu buka Alquran surat Luqman ayat 13 – 19.  Allah menceritakan kisah Luqman ketika memberi pelajaran kepada anaknya.  ”Anakku, janganlah menyekutukan Allah.  Sesungguhnya menyekutukan Allah merupakan kedzaliman besar.”
            Jadi pertama, pengenalan Allah sebagai tuhan kepada anak-anak kita. Allah tuhan yang satu.  Tidak ada tuhan selain Allah. Selain Allah tidaklah patut disebut tuhan.  Hanya fokus kepada Allah ketika menyembah dan meminta sesuatu.  Dengan demikian anak  tidak memilih harapan lain kecuali meminta kepada Allah.
            Dengan pengenalan kepada Allah, anak kita akan kebal dengan pengaruh  gerakan kristenisasi, atheis, sekulerisasi, liberalisme,  apalagi animisme yang ramai berseliweran di sekitarnya.
            Ayat berikutnya, Allah memerintahkan berbuat baik kepada ibu bapak. Jika mereka musyrik, jangan mengikuti kemusyrikannya. Ayat  ini mengajarkan pluralisme. Kita diminta memahami adanya kemusyrikan, keberagaman keyakinan, tetapi tetap membina hubungan sosial yang baik tanpa terlarut dengan kemusyrikan. Inilah ajaran pluralisme yang benar  bukan seperti yang diajarkan orang-orang liberal.
            Luqman  kemudian mengajarkan anak-anaknya agar melaksanakan shalat, amar makruf nahi munkar,  bersabar  atas musibah, tidak sombong, sederhana, dan santun dalam berbicara.   Perilaku ini secara normatif  sudah diajarkan kepada anak-anak. Tetapi  tidak semua orang tua berhasil mendidik anak-anaknya sesuai perilaku itu.  Kenapa? Karena tidak memberi contoh. Orang tua bisanya hanya menyuruh.
            Pengajaran ruhani yang tepat  bisa membentuk anak untuk menyeleksi sendiri  mana yang baik dan buruk. Dengan demikian anak tidak perlu sampai dibatasi dengan ketat apalagi disterilkan dari lingkungan luar. Sterilisasi lingkungan anak justru berbahaya ketika anak itu sudah berada di luar malah mereka gampang tercemar.
            Anak-anak merupakan masa depan orang tua dan masyarakat. Menyiapkan kehidupan mereka yang sehat jasmani dan ruhani memberikan harapan besar untuk kemajuan bangsa ini. Menyehatkan mereka bukan hanya kebal terhadap penyakit, tetapi juga immun terhadap kemiskinan, kebodohan, dan pikiran liberalisme. (*)