Pemalsuan
vaksin yang terungkap belakangan ini
menunjukkan betapa ada kumpulan orang jahat yang mengorbankan
kehidupan masa depan anak-anak demi
mendapat keuntungan besar. Hukuman mati
bagi mereka ini pantas diberikan agar orang-orang jahat berkurang di
muka bumi.
Vaksin
berisi kuman yang dilemahkan dimasukkan
ke dalam tubuh anak untuk merangsang pembentukan antibodi agar tubuh mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
tertentu. Jika cairan vaksin dipalsukan maka tubuh anak telah kemasukan benda
asing yang tidak jelas manfaatnya. Bisa saja benda asing itu malah berubah
menjadi racun yang mengancam kesehatan anak-anak.
Pejabat
pemerintah dan sebagian dokter untuk mendinginkan suasana menyebutkan vaksin
palsu itu tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak karena berupa cairan
infus namun mereka tidak berani memprediksi untuk kesehatan jangka panjang.
Terbongkarnya
kejahatan ini menjadi pelajaran bahwa di
tengah usaha kita menyiapkan masa depan anak-anak yang baik dan sehat ternyata ada kumpulan orang-orang yang ingin
menggerogotinya, menyuramkan masa depannya. Apalagi kejahatan ini berjalan memakai
jaringan bisnis yang luas ke daerah sehingga kesadaran masyarakat memvaksin
anak-anaknya bisa menjadi sia-sia karena tujuan menyehatkan generasi masa depan
tidak tercapai.
Sebenarnya
penyebaran vaksin palsu bukan hanya terjadi pada kesehatan badan semata tetapi
juga kesehatan jiwa, ruhani, dan ideologi
anak-anak kita. Kejadian ini sudah berlangsung lama namun kita sangat
abai. Karena itulah kesehatan ruhani dan
ideologi anak-anak kita semakin tidak jelas bentuknya. Dalam jangka panjang
kondisi ini berpengaruh kepada masa depan bangsa ini.
Vaksin
palsu yang telah disuntikkan dan menyebar ke tubuh anak-anak tiap tahun terjadi
justru diperbuat oleh guru-guru. Demi
kepentingan sekolah, semua siswa harus lulus. Maka para guru menyulap nilai
rapor menjadi sangat bagus. Bahkan nilai ujian nasional pun diusahakan dengan
berbagai kecurangan agar di atas standar.
Walhasil banyak nilai ujian murid angkanya sangat bagus tapi faktanya
murid-murid itu sebenarnya tidak bisa mengerjakan soal ujian.
Praktik
ini sudah berlangsung bertahun-tahun, anehnya para pendidik dan orang tua
justru bangga. Mereka malah mencela dan mengutuk orang-orang yang mengungkap
kecurangan ini sebab dinilai merugikan dirinya.
Ini tanda racun vaksin sudah menyebar. Bahwa orang tidak peduli lagi
dengan nilai kebenaran dan kejujuran. Asal menguntungkan maka tindakan itu
diambil dan dibela.
Vaksin
palsu lainnya adalah tontonan TV yang bisa menjadi tuntunan anak. Tontonan yang didominasi sendau gurau,
sinetron yang melakonkan kekerasan, eksploitasi
keseksian wanita bisa menjadi tuntunan yang ditiru anak-anak.
Kondisi ini diperparah dengan
fasilitas HP yang dipegang anak-anak bisa mengakses internet. Konten pornografi
pun disimpan yang kemudian menjadi tontonan sembunyi-sembunyi di belakang orang
tuanya.
Menyadari situasi ini saatnya kita memasukkan vaksin
untuk kesehatan ruhani anak kita. Vaksin yang bisa merangsang kekebalan tubuhnya terhadap pikiran dan perbuatan buruk yang merasuki
kehidupannya. Tubuh yang mampu
memproduksi antibodi untuk membunuh
kuman jahat pornografi, kekerasan, dan
perilaku buruk lainnya.
Vaksin apa yang harus kita berikan
untuk menciptakan kekebalan ruhani anak-anak kita? Kita perlu buka Alquran
surat Luqman ayat 13 – 19. Allah
menceritakan kisah Luqman ketika memberi pelajaran kepada anaknya. ”Anakku, janganlah menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah merupakan
kedzaliman besar.”
Jadi pertama, pengenalan Allah
sebagai tuhan kepada anak-anak kita. Allah tuhan yang satu. Tidak ada tuhan selain Allah. Selain Allah
tidaklah patut disebut tuhan. Hanya
fokus kepada Allah ketika menyembah dan meminta sesuatu. Dengan demikian anak tidak memilih harapan lain kecuali meminta
kepada Allah.
Dengan pengenalan kepada Allah, anak
kita akan kebal dengan pengaruh gerakan
kristenisasi, atheis, sekulerisasi, liberalisme, apalagi animisme yang ramai berseliweran di
sekitarnya.
Ayat berikutnya, Allah memerintahkan
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika mereka musyrik, jangan mengikuti
kemusyrikannya. Ayat ini mengajarkan
pluralisme. Kita diminta memahami adanya kemusyrikan, keberagaman keyakinan,
tetapi tetap membina hubungan sosial yang baik tanpa terlarut dengan
kemusyrikan. Inilah ajaran pluralisme yang benar bukan seperti yang diajarkan orang-orang
liberal.
Luqman kemudian mengajarkan anak-anaknya agar
melaksanakan shalat, amar makruf nahi munkar,
bersabar atas musibah, tidak
sombong, sederhana, dan santun dalam berbicara. Perilaku ini secara normatif sudah diajarkan kepada anak-anak. Tetapi tidak semua orang tua berhasil mendidik
anak-anaknya sesuai perilaku itu.
Kenapa? Karena tidak memberi contoh. Orang tua bisanya hanya menyuruh.
Pengajaran ruhani yang tepat bisa membentuk anak untuk menyeleksi
sendiri mana yang baik dan buruk. Dengan
demikian anak tidak perlu sampai dibatasi dengan ketat apalagi disterilkan dari
lingkungan luar. Sterilisasi lingkungan anak justru berbahaya ketika anak itu
sudah berada di luar malah mereka gampang tercemar.
Anak-anak merupakan masa depan orang
tua dan masyarakat. Menyiapkan kehidupan mereka yang sehat jasmani dan ruhani memberikan
harapan besar untuk kemajuan bangsa ini. Menyehatkan mereka bukan hanya kebal
terhadap penyakit, tetapi juga immun terhadap kemiskinan, kebodohan, dan
pikiran liberalisme. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar