Surabaya-Juru dakwah pasti pernah
merasakan berjuang sendirian. Ketika menyebarkan ajaran Islam jarang orang mau
merespon. Bahkan olok-olok yang didapatkan. Jangan khawatir, perasaan seperti
ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad saw.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris PCM
Lakarsantri, Drs Sugeng Purwanto, saat menjelaskan surat Adh Dhuha dalam
Sarasehan Penyegaran Misi Dakwah di Markaz Bangkingan, Surabaya, Selasa (28/3).
Acara ini diikuti oleh pengurus PCM, PRM, PCA, majelis, dan anggota amal usaha.
Dalam surat Adh Dhuha ayat tiga, kata
Sugeng, tersirat digambarkan Nabi Muhammad saw di suatu waktu pernah merasa
ditinggalkan dan dimarahi sebab lama tidak mendapatkan wahyu. ”Karena lama
tidak ada kabar wahyu baru turun, para pendengki di Mekkah mulai berolok-olok mengejek Nabi
ditinggalkan malaikatnya,” kata Sugeng.
Dalam situasi seperti itu, sambung
Sugeng, kita dapat membayangkan betapa resah, gundah gulana, perasaan Nabi.
Amanat dakwah sudah dipikul tapi wahyu sudah lama tidak muncul. ”Mungkin saja
perasaan Nabi juga mbatin, sakjane ngono aku iki nabi temen opo nggak sek
kok Jibril gak teko-teko,” ujar Sugeng berseloroh dalam bahasa Suroboyoan.
Karena Nabi diselimuti perasaan sendirian
itu, kata dia, Allah menurunkan ayat ketiga maa wadda’aka robbuka wa maa
qolaa. Ayat ini sebagai penjelasan
dan jaminan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dan memarahinya. Artinya
wahyu tetap diturunkan sebagai pedoman untuk menyelesaikan masalah kehidupan.
Kemudian ayat keempat wa lal akhirotu
khoirullaka minal ula menjelaskan, hasil akhir yang baik niscaya diperoleh
jika mampu mengatasi problem di awal perjalanan dakwah. Hasil akhir yang memuaskan seperti ditegaskan
dalam ayat kelima wa lasaufa yu’thiika robbuka fa tardhoo.
”Karena itu juru dakwah pantang putus asa
meskipun sendirian sebab jika mampu menyelesaikan persoalan di awal pasti
mendapat hasil lebih baik di akhir dan sangat memuaskan,” tegas Sugeng.
Ayat-ayat berikut dalam surat Ad Dhuha
menjelaskan sudah banyak pertolongan dari Allah untuk menguatkan dakwah Nabi
seperti semula kondisi yatim kemudian
mendapat perlindungan. Dalam situasi bingung lalu Allah memberi petunjuk. Ketika miskin kemudian Allah memberi
kekayaan.
Setelah kesuksesan dakwah itu diperoleh,
kata Sugeng, lantas Allah meminta kita jangan bersikap sombong. Misalnya
sewenang-wenang terhadap dhuafa dan anak yatim. Atau membentak orang yang
bertanya. (sgp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar