Surabaya-Dakwah yang santun dan memberi
keteladanan lebih efektif mengubah masyarakat dibandingkan membid’ahkan orang.
Contoh KH Ahmad Dahlan ketinggalan kereta api di Stasiun Jember saja menjadikan
kepala stasiun masuk Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Nadjib Hamid MSi, dalam Sarasehan Misi
Dakwah PCM Lakarsantri di Markaz Bangkingan, Surabaya, Selasa (28/3) siang.
. Nadjib
bercerita, dalam satu lawatan dakwahnya ke Jember, waktu pulang KH Ahmad Dahlan
ketinggalan kereta api. Jadwal kereta ke Jogja lagi baru ada besok. Kiai Dahlan
memutuskan menginap di stasiun menunggu keberangkatan esok.
”Melihat
ada orang menginap, kepala stasiun bernama Pak Aspari menanyakan kesulitan
penumpang ini. Kemudian menawari tidur di rumahnya sambil menunggu kereta
esok,” ujar Nadjib Hamid yang pernah menjabat Sekretaris PWM Jawa Timur ini.
Tawaran
ini disetujui Kiai Dahlan. Lantas diajak ke rumah dinas tak jauh dari stasiun.
Saat ngobrol santai dengan tuan rumah, Kiai Dahlan hanya bercerita saja tentang
pengalamannya dan makna ayat-ayat Alquran yang harus dijalankan oleh
penganutnya terutama tentang menyantuni orang miskin dan anak yatim.
”Cara
Kiai Dahlan menerangkan Islam ini menarik perhatian Pak Aspari. Kemudian Pak
Aspari berniat menguji apakah orang ini mempraktikkan omongan atau pandai
ceramah saja,” kata Nadjib mengisahkan.
Beberapa
waktu kemudian, sambung Nadjib, Pak Aspari ke Jogja menyamar sebagai orang
melarat yang kecopetan. Kemudian dia datang ke rumah Kiai Dahlan di Kauman
menceritakan nasibnya. ”Pak Aspari yang menyamar tadi mengatakan mau shalat
tapi bajunya najis. Dia katakan mau pinjam baju ke Kiai Dahlan,” katanya.
Mengetahui
keperluan tamunya, maka Kiai Dahlan mengajak Pak Aspari melihat lemari
pakaiannya. Lalu disilakan memilih pakaian yang disukai. ”Pak Aspari terkesima.
Ternyata orang ini sesuai dengan apa yang diceramahkan,” sambung Nadjib.
Setelah
kejadian itu kepala stasiun ini masuk Muhammadiyah dan merintis pendirian
persyarikatan ini di daerahnya. ”Dengan cara dakwah seperti ini Muhammadiyah
menyebar ke penjuru negeri. Coba apakah kita pernah menyuruh orang miskin
memilih pakaian terbaik kita? Dengan keteladanan dakwah lebih mudah diterima,”
tutur Nadjib Hamid. (sgp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar