Surabaya-Pengalaman dakwah pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, sangat
berwarna. Asam manis, pahit getir pernah dialami. Mulai langgarnya dibakar
hingga mendapat ancaman dibunuh. Tapi Kiai Dahlan pantang menyerah dengan
ancaman.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
(PWM) Jawa Timur, Nadjib Hamid MSi, menuturkan, pernah terjadi sepulang dari
pengajian di Banyuwangi, KH Ahmad Dahlan mendapat surat kaleng.
”Isinya berupa ancaman. Kalau berani
datang sekali lagi ke Banyuwangi disambut kelewang dan istrinya akan dijadikan
pelayan,” cerita Nadjib Hamid dalam Sarasehan Misi Dakwah PCM Lakarsantri di
Markaz Bangkingan, Surabaya, Selasa (28/3) siang.
Kiai
Dahlan ternyata pantang surut apalagi takut dengan ancaman itu, sambung Nadjib.
Malah kiai dari Kauman Jogja ini merasa ditantang untuk berdakwah lagi ke kota
di ujung timur Pulau Jawa itu. ”Prinsip kiai, orang yang mengancam itu
sebenarnya tidak punya nyali berani. Kalau mereka itu berani pasti langsung
bunuh tidak pakai mengancam,” tutur Nadjib yang pernah menjadi komisioner KPU
Jawa Timur.
Beberapa
waktu kemudian Kiai Dahlan datang lagi ke Banyuwangi dengan segala risiko.
Ketika turun di Stasiun Banyuwangi, beberapa polisi datang menemuinya. Polisi
itu meminta sang kiai membatalkan pengajian di Kota Osing itu dan balik ke
Jogja sebab massa sudah mengepung dengan membawa senjata.
Dengan
santai dan berwibawa, cerita Nadjib, Kiai Dahlan berkata, ”Polisi ini aneh.
Saya datang untuk berbuat baik kok dilarang. Mereka mau berbuat jahat malah
dibiarkan.” Kepada polisi disampaikan, Kiai Dahlan menolak pulang dan
mendatangi pengajian.
Akhirnya
dengan ketegasan dan keberanian menghadapi ancaman, pengajian bisa berlangsung
dengan damai. Tidak lama kemudian berdiri organisasi Muhammadiyah di
Banyuwangi.
”Juru
dakwah itu harus punya keberanian. Mampu mengatasi ancaman bukan lari. Apalagi
polisi itu dari dulu sampai sekarang masih sama. Massa berbuat onar membubarkan
pengajian dibiarkan, malah penceramahnya yang diamankan,” pungkas Nadjib. (sgp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar