Penguasa menekan orang-orang
beriman dan jujur ternyata sudah lumrah terjadi dalam sejarah. Kondisi itu
terjadi di suatu negeri yang dipimpin penguasa korup dan dholim. Peristiwa ini
dituliskan dalam Al Quran surat Al Buruj (85) yang terkenal sebagai kisah
Ashabul Ukhdud, kaum pembuat parit penyiksaan.
KH Sachrodji Bisri menjelaskan,
surat Al Buruj bercerita tentang penganut ajaran Nabi Isa yang percaya tauhid
disiksa oleh penguasa dengan dimasukkan parit berisi api. Mereka orang beriman
lelaki, perempuan, dan anak-anak. ”Penguasa itu dikenal dalam sejarah bernama
Dzu Nuwas menguasai negeri Najran, Yaman, dari bangsa Yahudi,” ujar Bang Oji,
panggilan akrab Sachrodji Bisri.
Kisah itu disampaikan Bang Oji
dalam Kajian Tafsir Alquran Berdasarkan Turunnya Wahyu dengan Pendekatan
Strategi Taktik di Pesantren Mahasiswa Rausanfikr Surabaya, Sabtu, 15 April
2017. ”Seperti diceritakan dalam ayat 4 – 7, penguasa dholim ini menikmati
kedholimannya dengan menyaksikan siksaan orang-orang beriman yang dibakar dalam
parit. Mereka menonton penyiksaan itu dengan duduk di atasnya,” katanya.
Kenapa mereka disiksa? Ayat 8
menerangkan karena rakyat beriman itu percaya kepada Allah yang menguasai
kerajaan langit semesta dan bumi. ”Inilah repotnya memiliki penguasa yang tidak
suka dengan rakyat beriman. Sebab orang beriman bakal merepotnya penguasa yang
korup. Telinganya panas mendengarkan nasehat-nasehat baik,” sambungnya.
Bang Oji menerangkan, Nabi Isa
sebenarnya bangsa Yahudi tapi
orang-orang Yahudi sendiri menolak ajarannya akibat hasutan ulama jahat yang
tersinggung dengan kritikan Nabi Isa. Rupanya dendam itu turun temurun sehingga
bangsa Yahudi yang menguasai Najran menangkapi penduduk negeri yang beriman
mengikuti ajaran Nabi Isa.
”Nabi Isa dengan ajarannya dituduh
makar karena itu ditangkap. Orang-orang beriman di Najran ini juga ditangkap
dan dibakar dengan tuduhan hendak makar kepada penguasa. Padahal belum
terbukti, hanya khawatir dan curiga saja nanti orang-orang beriman ini
dinilai berbahaya dapat menggulingkan kekuasaannya,” kata Bang Oji.
Dalam ayat 10 dijelaskan, jika
penguasa dholim ini makin sombong dan tidak segera taubat maka falahum
adzabun jahanam walahum adzabun hariq. ”Penguasa itu mendapat siksa di
dunia dan akhirat. Adzab jahanam itu ada yang mengartikan siksa akhirat,
sedangkan adzab hariq dimaknai siksa dunia,” ujarnya.
Apa bentuk siksa dunia ini? Macam-macam
bentuknya bisa berupa kekuasaannya hancur, penguasa itu ganti ditangkap dan
dipenjara oleh penggantinya, atau mengidap penyakit yang menyiksanya.
Orang-orang beriman yang mati disiksa dan
dituduh makar kepada penguasa oleh Allah diberi kehidupan surga indah dengan
sungai mengalir. Sesungguhnya kehidupan surga itulah kemenangan besar (ayat
11).
Nikmat surga didapatkan oleh
pejuang syahid karena Allah yang memiliki sifat ghafur artinya mengampuni dosa
dan kesalahannya. Allah juga memberi segalanya kepada hamba yang mempertahankan
keimanan karena Dia bersifat al Wadud.
Belajar dari surat al Buruj maka
berhati-hatilah para penguasa yang suka menggali lubang parit penyiksaan agar
kelak tidak tercebur ke parit yang digali sendiri. Seperti kedholiman Dzu Nuwas akhirnya hancur di
tangan orang hitam dari Abesinia. sgp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar