Ayat dalam surat Al Quraisy bisa
ditafsirkan sebagai dorongan agar
mempelajari kebiasaan, tradisi masyarakat, sistem politik, musim, cuaca, agar
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Data dari tradisi atau sistem
politik menjadi bahan untuk menyusun strategi taktik dakwah.
Demikian ringkasan Kajian Tafsir
Al Quran Berdasarkan Turunnya Wahyu dengan Pendekatan Strategi Taktik oleh KH
Sachrodji Bisri di Pesantren Mahasiswa Rausanfikr Surabaya, Sabtu, 10 Juni
2017.
Ayat
awal li ilafi Quraisy ilafihim
rihlatassitai wassoib. Kata ilaf artinya tradisi, kebiasaaan,
aturan. Setiap masyarakat mempunyai kebiasaan, tradisi, dan aturan untuk
menjaga ketertiban. Kebiasaan itu menyangkut berbagai kehidupan manusia mulai
lahir, besar, bekerja, hidup dan mati.
”Ayat
ini dimuat Al Quran adalah perintah agar Nabi Muhammad mempelajari aturan dan
tradisi suku Quraisy, suku dimana Nabi berasal dan hidup bersamanya,” kata Bang
Oji, panggilan akrab KH Sachrodji Bisri. Mengkaji tradisi Quraisy diperlukan
untuk menyampaikan misi Islam ke masyarakat.
Ayat
ini, kata Bang Oji, selama ini hanya diditafsiri sebagai kebiasaan perjalanan dagang
penduduk jazirah Arab. Musim panas para
saudagar berdagang ke utara menuju
Suriah, dan musim dingin ke Yaman di selatan.
”Selain perjalanan dagang, ayat ini juga bisa
ditafsirkan pelajari sistem politik, sistem sosial masyarakat jika kita ingin
menguasai masyarakat atau politik,” ujar Bang Oji.
Contoh,
tradisi kabilah-kabilah Arab menghormati hukum perlindungan seseorang atas
suku. Karena itu Abu Tholib melindungi
Nabi bukan semata karena hubungan paman-kemenakan tapi kepala suku melindungi anggota klan keluarga.
Nabi
Muhammad ketika kehilangan perlindungan dari Bani Hasyim sepeninggal Abu Thalib
mencoba mencari suaka ke Thaif tapi ditolak. Kemudian dilindungi oleh suku
Khuza’ah sehingga aman dari gangguan
kafir Quraisy. Padahal orang Khuza’ah masih kafir.
Dari
sejarah ini, kata Bang Oji, memanfaatkan, tradisi, hukum kafir untuk kepentingan
dakwah Islam dibolehkan dalam kacamata strategi taktik.Manfaatkan sistem sosial
atau sistem politik untukmenumbuhkan gerakan misi Islam.
Bang
Oji mencontohkan, Islam Jamaah setelah dibubarkan pemerintah kemudian
berlindung ke Golkar untuk bertahan hidup
menjadi Lemkari. Sekarang organisasi ini tetap hidup dengan nama LDII
(Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Ahmadiyah ketika divonis organisasi sesat dan
harus bubar kemudian berlindung ke satu partai juga.
”Hizbut
Tahrir bisa pula mencari perlindungan ke partai politik agar tetap bertahan
setelah dibubarkan pemerintah,” katanya. ”Khilafah itu cita-cita ideal aktivis
Islam. Tapi di negara ini khilafah bertentangan dengan sistem politik. Jadi
bertarung dengan kepentingan politik yang berkuasa sekarang. Maka susunlah
strategi taktik dengan mempelajari sistem politik, demokrasi dan Pancasila,”
sambung Bang Oji.
Jika
telah mengambil manfaat dari kajian tradisi dan mendapat hikmah dan kemenangan,
selanjutnya falya’budu rabbal hadzalbait, maka sembahlah Tuhan pemilik rumah
ka’bah. Artinya jangan lupakan Tuhan setelah diberi kemenangan.
Sebab
ayat selanjutnya menerangkan aladzii ath’amahum min ju’ wa amanahum min
khauf. Allah yang memberi makan mereka saat lapar dan memberi keamanan
mereka saat takut. ”Kesimpulan akhir , orang Islam rajinlah beraktivitas sosial
di tempat kita hidup. Bermanfaatlah untuk lingkungan dan jangan membuat susah
orang,” pungkas Bang Oji. (sgp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar