Surat Al Qoriah menggambarkan
situasi kiamat yang menakutkan pada hari berakhirnya alam semesta. Hari ketika
manusia mendapatkan balasan akibat perbuatan baik dan buruknya. Percaya hari
kiamat adalah syarat iman dan menjaga pelaksanaan syariat Islam.
Itu intisari tafsir surat Al Qoriah
yang disampaikan oleh KH Sachrodji Bisri dalam Kajian Tafsir Al Quran
Berdasarkan Turunnya Wahyu dengan Pendekatan Strategi Taktik di Pesantren
Mahasiswa Rausanfikr Surabaya, Sabtu (15/7/2017). Tafsir Al Quran ini merujuk
kepada kitab Jalalain.
Menurut Bang Oji, panggilan KH
Sachrodji Bisri, arti Al Qoriah adalah ketukan dengan keadaan yang
menakutkan. ”Jadi bagi Allah Al Qoriah
atau kiamat itu hanya ketukan. Tapi bagi manusia merasakan sebagai guncangan
luar biasa dahsyat,” ujar Bang Oji.
Gambaran dahsyatnya kondisi pada hari
itu, sambung Bang Oji, dicantumkan kata Al Qoriah yang diulang sampai tiga kali
di tiga ayat awal. Maknanya sebagai taukid yaitu pengulangan untuk menegaskan
pentingnya kata itu yang harus dipahami manusia. ”Pada ayat ketiga wama adrooka
malqooriah artinya mengertikah kamu apa kiamat itu? Lewat ayat ini
diharapkan manusia sudah memiliki pandangan atau persepsi tentang hari kiamat
yang harus diimani,” ujarnya.
Dahsyatnya kiamat yang menakutkan
manusia dalam ayat berikutnya diceritakan dalam ayat keempat bahwa manusia pada
hari itu kal farosyilmabtsuts seperti laron bertebaran. Pada musim hujan
kita sering melihat laron keluar bertebaran di malam gelap kemudian terbang
menuju lampu. Berebutan, berdesakan, seperti gerombolan orang bingung. Ada yang
lepas sayapnya, berjatuhan, kebingungan mencari perlindungan di tanah.
Bayangkan, suasana kiamat manusia
perilakunya seperti laron-laron yang mendapati dunia menjadi gelap menakutkan
berguncang-guncang lalu mereka bergerombol berebutan mencari tempat terang
berpikir di situ ada keselamatan. Padahal saat kiamat tidak ada tempat aman.
Sebab semua tempat hancur. Disebutkan oleh Allah wa takuunu jibaalu kal
ihnilmanfusy. Gunung saja seperti bulu yang diudal-udal berhamburan
kemana-mana sampai rata dengan tanah.
Dalam kiamat tidak ada manusia yang
selamat. Semuanya mati. Karena itu ketika masa ini datang tidak perlu
kebingungan. Banyaklah dzikir dan berdoa kepada allah. Sebab kemudian manusia
mati itu dibangkitkan lagi untuk kehidupan kedua yang abadi ditempatkan sesuai
amal perbuatan. Fa ammaa man tsaqulat mawaaziinuhu maka orang yang berat
timbangan kebaikan fa huwa fii ‘isyatirrodhiyah maka dia dalam kehidupan
yang memuaskan yakni surga.
Dipihak lain wa ammaa man khofat
mawaaziinuhu fa ummuhu Hawiyah. Dan orang yang ringan timbangan kebaikannya
maka tempat kembalinya adalah Hawiyah.
Hawiyah adalah naarun haamiyah yakni api yang sangat panas yaitu neraka.
Dalam ayat fa ummuhu diartikan
tempat tinggal atau tempat kembali.
Makna aslinya ummu bisa berarti imam yaitu di depan yakni orang yang
menjadi panutan. Ummu juga bisa berate ibu yakni diikuti anaknya, tempat
kembali anaknya. Ummu juga boleh diartikan ummat yakni sekelompok manusia/hewan
yang punya tujuan bergerak. Makna umum ummat adalah rakyat, kaum.
Dengan demikian dalam surat Al Qoriah
setiap manusia harus mengimani kiamat meskipun dia berkedudukan sebagai imam,
ibu, dan umat. Imam harus bisa memberi keputusan, petunjuk, mengatasi situasi chaos,
kacau, sehingga bisa menuntun rakyatnya menuju ketenangan. Bukan malah membuat
situasi makin gaduh akibat kelemahan sikap. Karena itu ironi sekali ada
pemimpin politik yang tidak mengerti kehidupan sesudah mati sehingga bersikap
meremehkan kehidupan akhirat. Mengabaikan adanya balasan atas perbuatannya di
akhirat kelak.
Ibu juga harus bisa menentramkan
anak-anaknya saat situasi kacau dengan memberikan kelembutan kasih sayang
ketika anaknya merasa resah dan gundah. sgp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar