Kelompok homoseksual sekarang mencoba lebih berani tampil terbuka ke
masyarakat. Bulan Februari lalu, memanfaatkan Valentine Day, mereka secara demonstratif berpawai di jalan
Car Free Day Kota Jakarta. Mereka yang
tergabung dalam Komunitas LGBT (Lesbian Gay Biseks dan Transgender) menuntut
hak yang sama sebagai warga negara.
Era reformasi menjadikan orang begitu bebasnya menyuarakan
keinginan. Bahkan keinginan yang menyimpang dari nilai dan norma. Kaum
homoseksual menyatakan mereka sebagai orang normal yang hak-haknya harus
dihargai termasuk orientasi seks yang menyukai sejenis.
Jumlah kaum homoseksual terasa bertambah meskipun kepastian
angkanya belum pernah disiarkan. Tapi sekarang ini dalam satu kampung cenderung ada seorang LGBT. Setidak-tidaknya
ditemukan lelaki bergaya perempuan.
Keinginan menambah jumlah anggota secara sadar dilakukan oleh kaum
ini dengan cara memengaruhi orang lain untuk menjadi homoseksual. Seorang
homoseksual mencari korban mulai anak-anak hingga remaja untuk memenuhi
hasratnya. Korban ini setelah terjerumus kemudian mencari korban lain. Begitu
seterusnya sehingga tanpa disadari jumlahnya terus bertambah.
Kesadaran menambah jumlah anggota ini selalu muncul di kalangan
minoritas. Homoseksual adalah minoritas
dengan perilaku menyimpang menyukai sejenis dalam masyarakat normal. Sebagai minoritas, mereka merasa hidup dan
hak-haknya tertindas oleh mayoritas.
Tentu saja mereka ingin keluar dari ketertindasan ini. Caranya
dengan menyebarkan perilaku menyimpang itu ke masyarakat. Targetnya orang
normal tertular menjadi abnormal. Minimal orang normal merasa terbiasa dan
menganggap wajar perilaku menyimpang
homoseks ini.
Sasarannya tokoh masyarakat, artis, aktivis LSM. Mereka adalah
orang-orang yang punya massa, fans, penggemar yang gaya hidupnya suka ditiru.
Begitu Olga Syahputra tenar menjadi artis pengisi acara di TV, tak pelak bermunculan remaja pria berpenampilan kemayu dengan gaya berjalan dan bicara
melambai-lambai seperti Olga.
Acara TV pun sering menampilkan remaja banci dan mengeksploitasinya
sebagai tontonan yang diharapkan meraup iklan. Bersyukur, Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) telah melarang menampilkan banci dalam tontonan TV.
Masyarakat juga tersentak ketika artis Saipul Jamil ditangkap
polisi karena mencabuli remaja pria 17 tahun di rumahnya. Tapi ada orang yang
mengenal Saipul berujar itu sudah biasa. Ini kasus yang terungkap. Kasus perilaku
menyimpang lain yang masih tertutup pasti
ada menunggu waktu terkuak.
Bila tahap penularan orientasi seks dan penilaian wajar masyarakat sudah terkondisi maka kaum
homosksual berani muncul terbuka dan demonstratif karena merasa sudah mempunyai
bargaining power. Mereka sudah
memiliki kekuatan untuk menyampaikan aspirasinya meskipun tetap minoritas. Merasa
telah cukup kuat menentang masyarakat yang normal.
Boleh jadi sekarang ini kelompok
homoseksual sudah mencapai tahap kekuatan ini sehingga terang-terangan menuntut bahwa
homoseksual adalah hak asasi manusia yang harus dihormati dan mendapat
perlakuan hukum yang sama. Bahkan disebutkan UNDP (United Nation Development
Programme) membiayai program kampanye LGBT di Indonesia. Nah, kalau sudah
begini, apakah Anda diam saja menunggu keluarga tertular?
Homoseksual lebih pas disebut sebagai penyakit. Penyakit
penyimpangan orientasi seksual. Ada yang menyebut sekarang bukan lagi penyakit
namun sebagai gaya hidup. Variasi dalam kehidupan seks. Jika demikian
kondisinya maka situasinya sudah sangat parah. Sebagai gaya hidup pasti mudah
sekali menyebar karena orang penasaran ingin menikmatinya.
Melihat kondisinya seperti ini maka homoseksual sama bahayanya
dengan terorisme. Keduanya mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bayangkan,
jika perilaku menyimpang ini meluas. Remaja pria banyak yang tampil kemayu,
sesama pria atau sesama perempuan bermesraan di taman, di jalan terbuka. Maka
tatanan nilai, norma sudah rusak. Sendi masyarakat lemah, bangsa tidak lagi karuan
bentuknya.
Untuk menyadarkan mereka tidak perlu dikhutbahi tentang nasib
penduduk Sodom, kaum Nabi Luth, yang mendapat azab dari Allah karena
homoseksual. Percuma, mereka tidak takut azab. Karena homoseksual sama-sama
mengancam negara sudah sepatutnya pemerintah bertindak sama seperti memberantas
kelompok teroris.
Namun pemerintah sepertinya abai, ragu-ragu, takut dituduh
melanggar HAM. Padahal homoseksual itu juga melanggar ideologi negara
Pancasila. Mereka melanggar aturan Tuhan. Mereka melanggar nilai kemanusiaan
dan tidak beradab. Mereka memecah belah persatuan. Melanggar aturan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. Apalagi tentang keadilan sosial.
Pemerintah terhadap teroris berani tegas bersikap tumpas habis
bahkan membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kenapa untuk
homoseksual pemerintah bersikap lemah gemulai? Padahal kelompok ini mengancam
generasi, merusak otak dan mental, menularkan perilaku menyimpang. Karena sama
bahayanya dengan terorisme maka sepantasnya pemerintah membentuk Badan Nasional
Penanggulangan Homoseksual. Tangkap kaum homoseks kemudian lakukan
dehomoseksualitas.
Pemerintah mengabaikan keberadaan kelompok homoseksual karena tidak
mengganggu kekuasaan. Teroris dibasmi karena dituduh mau mengubah ideologi
negara. Pengubahan ideologi negara itu menyentuh kepentingan penguasa. Maka
penguasa langsung tanggap dan cepat merespon dengan menangkapi orang-orang yang
dituduh teroris.
Kaum homoseksual sebenarnya juga teroris. Sebab keberadaan mereka
meneror anak-anak dan remaja. Ajaran homoseksual juga sesat dan menyesatkan. Mereka
juga melakukan kekerasan seksual, kerusakan moral. Mereka memang tidak
mengganti Pancasila tapi kelak kalau sudah menjadi kekuatan dominan mereka
membuat tafsiran baru tentang Pancasila. Sama seperti rezim Soeharto menafsirkan
Pancasila untuk kepentingan kekuasaannya.
Suatu hari kelak
jika pemerintah abai dan membiarkan kelompok homoseksual menjadi kuat maka tunggu
saja saatnya ada tafsir bahwa homoseksual itu sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Dan orang normal dituduh bertentangan
dengan Pancasila. Kalau masa seperti itu datang maka orang normal bakal
ditindas dan ditangkapi karena dituduh teroris. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar