Puasa
Ramadhan berakhir. Saatnya di bulan Syawal ini mengukur apakah puasa kita cukup
berkualitas ataukah sekadar berbasa-basi kepada Allah. Kali ini kita mengukur
kualitas itu dengan surat Al Qadar.
Allah
menerangkan, sesungguhnya kami menurunkannya (Alquran) dalam lailatul qadar.
Lailatul qadar kalau diterjemahkan bebas
bermakna malam berkadar. Malam berukuran. Malam berbobot yang berbeda dengan
malam-malam lainnya. Kenapa berbobot?
Karena malam itu awal diturunkan ayat Alquran. Malam itu adalah malam Ramadhan (Al Baqarah :
185).
Istimewanya
malam itu karena disebut Allah lebih baik dari seribu bulan. Seribu bulan itu
sama dengan 83 tahun. Artinya nilai atau
kualitas satu malam itu sama dengan hidup selama 83 tahun. Lantas apa yang
membuatnya istimewa?
Allah
menyebutkan, malam itu diturunkan banyak malaikat dan satu ruh dengan izinnya. Karena
dengan izin Tuhan maknanya Allah dengan sengaja menciptakan suasana istimewa di
malam berkadar itu. Untuk apa para malaikat dan ruh diturunkan? Dengan izin
Allah para malaikat dan ruh diturunkan
untuk mendatangi seluruh urusan manusia.
Kalau
seluruh urusan manusia didatangi oleh
malaikat dan ruh itu artinya pasti Allah
pada malam itu benar-benar memperhatikan keinginan dan kebutuhan manusia.
Bayangkan kalau semua urusan manusia didatangi malaikat atas perintah Allah
maka semua urusan manusia dijamin lancar. Seluruh harapan mewujud. Doa-doa
terkabul.
Apa
tandanya urusan itu lancar? Keselamatan dan kedamaian terjadi di malam itu
hingga terbitnya fajar. Meskipun suasana kedamaian itu terjadi di malam hari tetapi pengaruhnya
bakal terus terasa hingga siang hari dan hari-hari selanjutnya.
Jadi
di akhir bulan Ramadhan jika Anda merasakan kedamaian, tidak ada perasaan
khawatir, berperasaan optimistik, selalu bersemangat, pikiran makin terang, muncul ide segar, maka ketahuilah Anda telah menembus lailatul qadar. Malaikat
telah mendampingi Anda untuk
menyelesaikan segala urusan. Segala persoalan yang Anda hadapi menemukan jalan
keluarnya.
Malaikat
adalah makhluk pelayan Allah yang setia. Tidak membantah, tidak bernafsu.
Hobinya bertasbih memuji Allah dan menyucikan namanya (Al Baqarah : 30). Kata
malaikat berbentuk jamak artinya banyak malaikat. Kata mufradnya mala’ artinya
penjaga.
Ada
tafsir yang menerangkan seluruh alam semesta, kehidupan, dan tiap urusan di
dunia dan akhirat dijaga oleh mala’. Angin
bergerak yang mengatur adalah mala’. Gunung meletus yang berperan adalah mala’.
Makhluk lahir, mati, dan rezeki di sisinya ada mala’. Ketakutan, keberanian,
dan cinta digerakkan oleh mala’. Jadi semua kekuatan alam semesta yang bergerak
dan berkembang bahkan dalam benda sekecil atom, di situ ada peran mala’.
Orang-orang
Rumawi dan Hindu sadar kekuatan alam itu ada penjaganya. Kemudian dua bangsa
ini memersonofikasi kekuatan alam itu sebagai makhluk perkasa di atas kekuatan
manusia yang disebut dewa. Maka mereka pun memberi nama-nama makhluk
personofikasi kekuatan alam itu sesuai dengan fungsinya. Ada Dewa Angin, Dewa
api, Dewa Laut, Dewi Padi, Dewa Gunung,
Dewa Amor, Dewi Fortuna, dan nama dewa
lainnya.
Dewa-dewa
ini mereka sembah, dipuja-puji, diberi sesaji karena dianggap berpengaruh
dengan kehidupan manusia. Padahal mereka sebenarnya adalah malaikat. Dua bangsa
ini menganggap tidak begitu penting Tuhan yang sebenarnya sebab tidak langsung
bersentuhan dengan kehidupan mereka. Begitulah paham ini kemudian tersebar ke
penjuru dunia menjadi agama. Alquran menjelaskan semua urusan alam semesta itu
dipegang oleh malaikat. Dan malaikat
bukanlah Tuhan yang patut disembah. Allah Tuhan yang sebenarnya yang
menciptakan dan mengatur semua itu.
Ruh
yang disebut dalam surat Al Qadar adalah jibril. Dia mendatangi manusia untuk
memberikan wahyu, ilham, inspirasi, ide, gagasan untuk memecahkan persoalan
yang dihadapi manusia.
Manusia
yang didatangi malaikat dan ruh tentu saja adalah manusia yang dimensinya sudah
sefrekuensi dengan gelombang malaikat. Itu bisa dicapai oleh orang yang
benar-benar melaksanakan puasa dan qiyamul lail. Disambung dengan i’tikaf, berdiam, konsentrasi, semedi,
sebagai upaya untuk menciptakan keheningan, menemukan frekuensi yang sama.
Inilah
puasa berkualitas. Puasa yang nuansa ruhaninya mampu mencapai frekuensi
malaikat. Hanya orang-orang yang berpuasa seperti ini yang bisa menembus
lailatul qadar. Didatangi malaikat untuk dibantu segala urusan kehidupannya.
Mendapatkan keselamatan, kedamaian, selama malam hingga fajar.
Jadi
setelah bulan Ramadhan ini berakhir, saatnya mengukur diri ketika memasuki
Syawal. Jika kehidupan Anda terus berkembang menjadi lebih baik, rezeki
bertambah, prestasi meningkat, hidup rumah tangga makin tentram, akal makin
cerdas menemukan solusi, muncul ide-ide brilian, konflik dan sengketa
terselesaikan, serasa mendapat energi baru,ketahuilah itu tandanya Anda mendapatkan lailatul qadar.
Manusia
yang menembus lailatul qadar rasanya seperti dilahirkan kembali. Menjadi
manusia baru penuh pencerahan. Menjadi manusia fitrah yang dilahirkan memasuki
dunia Idul Fitri. Disambut dengan suka cita lewat kumandang takbir, tahlil, dan
tahmid mulai malam hingga pagi.
Sebaliknya
jika kehidupan Anda sesudah Ramadhan datar-datar saja, sama seperti biasanya
atau bahkan menurun, sadarilah bahwa kualitas puasa Anda juga biasa-biasa saja
sehingga lailatul qadar tidak menghampiri Anda. Lebih buruk lagi bila Anda
hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Pahala pun tidak karena puasa Anda sekadar
basa-basi.
Taqabalallahu
minna wa minkum. Taqabal Ya Kariim.